Para penduduk yang tinggal di kota-kota besar yang memiliki tingkat polusi udara yang tinggi, akan berpeluang terserang diabetes sekitar 4% jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di lingkungan yang bersih dan jauh dari polusi.
Hal ini disebabkan karena kandungan nitrogen dioksida merupakan zat yang terkandung di salam polusi udara yang banyak di temukan di kota-kota besar yang penuh dengan asap kendaraan bermotor.
Orang-orang yang sehat, sepertinya dapat terserang bahaya yang besar akibat dari polusi udara yang berlebihan, karena polusi udara dapat meningkatkan resiko diabetes hingga 10% pada orang-orang yang aktif secara fisik serta meningkatkan sekitar 12% pada orang-orang yang tidak merokok.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya juga telah menemukan, bahwa orang yang mengidap diabetes sepertinya akan semakin rentan dengan kondisi yang seperti ini jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak pengidap diabetes.
Hasil dari penelitian tersebut telah di terbitkan dalam Journal Diabetes Care. Seorang ahli epidemiologi di Boston, Amerika yang bernama John Brownstein, berkata "Polusi udara benar-benar dapat memberikan pengaruh yang nyata pada perkembangan penyakit diabetes" Para peneliti tersebut melihat dari data bahwa sekitar 52.000 jiwa di dua kota terbesar di Denmark. Selama kurun waktu 10 tahun, terdapat hampir 3.000 jiwa atau sekitar 5,5% penduduk yang berumur 50 hingga 65 tahun telah terdiagnosa mengalami diabetes untuk yang pertama kali.
"Penelitian itu memang merupakan sebuah studi yang pertama yang telah menunjuukan bawa seseorang yang sehat masih memiliki kemungkinan terserang penyakit sebagai efek samping dari polusi udara" ujar Zorana J. Andersen.
Faktor-faktor resiko yang lainnya untuk diabetes terus menjadi suatu indikator yang sangat signifikan dari kemungkin penyakit diabetes.
Maka, bisa di katakan bahwa paparan polusi udara juga merupakan salah satu faktor yang juga harus dipertimbangkan dalam kondisi kesehatan manusia di perkotaan.
Sebenarnya meningkatnya resiko yang terjadi sebagai akibat dari polusi udara, hanya sebesar 4 % saja. Dan sepertinya, hubungan diabetes dengan polusi udara, tampaknya lebih besar resikonya pada para wanita dalam penelitian tersebut.
Jadi, sepertinya harus ada penelitian yang lebih lanjut yang berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin yang berhubungan dengan kerentanan terhadap paparan polusi udara.
Selain itu, penelitian tersebut masih belum dapat dibuktikan keabsahannya. Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa masih ada faktor-faktor lain yang menyebabkan diabetes, seperti stres, sosial dan lain sebagainya.
Orang yang tinggal di perkotaan yang memiliki tingkat polusi lalu lintas yang tinggi juga sangat berpotensi untuk mengalami sedikit peningkatan risiko kematian akibat dari penyakit stroke.
Ada sebuah bukti yang mengindikasikan bahwa partikel polusi sangat kecil sekali sehingga sangat memungkinkan untuk masuk dan berada di dalam aliran darah. Sehingga dapat memberikan potensi untuk terjadinya peradangan dan penyempitan darah di dalam tubuh, yang nantinya akan dapat menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, stroke dan bahkan asma.
Seorang ahli kesehatan lingkungan dari University of British Columbia di Canada yang berbama Michael Brauer, mengatakan "Polusi udara itu memiliki dampak yang sama buruknya seperti asap rokok pada pembuluh darah. Namun ada sedikit perbedaan, sebab siapa saja bisa terkena polusi udara"
Selain itu, polusi udara di kota besar yang padat penduduknya juga dapat meningkatkan resiko terserang diabetes pada anak-anak.
Hal ini juga dipublikasikan di dalam Journal Diabetologica, yang menjelaskan tentang anak-anak yang tinggal di kota yang tinggi polusi udara, ternyata memiiliki kecenderungan lebih rentan memunculkan resistensi insulin sehingga nantinya akan berpotensi mengalami diabetes tipe dua.
Penelitian tersebut melibatkan 3878 anak yang berumur 10 tahun yang diambil contoh darahnya oleh para peneliti untuk diteliti secara lanjut. Dan hasilnya, anak-anak yang tinggal di tempat yang paparan polusi udaranya lebih tinggi terbukti memiliki tingkat resistensi insulin yang lebih tinggi. Sedangkan anak-anak yang tinggal di tempat yang rendah polusi memiliki tingkat resistensi insulin yang relatif rendah.
"Jadi bisa disimpulkan bahwa pemicu perkembangan penyakit diabetes tidak hanya karena dari gaya hidup saja. Tapi kondisi kesehatan lingkungan juga ikut berpengaruh dalam kesehatan anak" kata Joachim Heinrich yang menuliskan tentang hasil penelitian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar